
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu saat ditemui usai konferensi pers Paket Kebijakan Ekonomi: Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Inklusif & Berkelanjutan di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (16/12/2024).
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menilai meningkatkan level Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia menjadi 51,9 pada Januari 2025 menjadi sinyal positif dalam mengawali tahun 2025.
“Kenaikan PMI manufaktur ini menjadi sinyal positif mengawali tahun 2025 ini. Momentum ini akan terus dijaga,” kata Febrio, dikutip di Jakarta, Selasa.
Pada Desember 2024, PMI manufaktur Indonesia berada pada level 51,2. Nilai ekspansi PMI manufaktur pada Januari 2025 menjadi yang tertinggi sejak Juni 2024.
Menurutnya, peningkatan itu didorong oleh kenaikan produksi serta permintaan baru baik dari pasar domestik maupun ekspor.
Perkembangan sektor manufaktur di bulan Januari 2025 mencerminkan ekspansi aktivitas konsumsi dan dunia usaha yang konsisten sejak akhir tahun lalu.
Pada Desember 2025, indeks penjualan riil (IPR) meningkat 1,0 persen secara tahunan (November: 0,9 persen) dan indikator konsumsi yaitu indeks keyakinan konsumen (IKK) yang dirilis Bank Indonesia ekspansif di level 127,7 (November: 125,9).
Dari aktivitas dunia usaha, penjualan listrik industri ekspansif 4,3 persen (yoy), meningkat signifikan dari pertumbuhan 1,5 persen pada bulan sebelumnya.
Dengan perkembangan tersebut, optimisme pelaku industri manufaktur terhadap prospek 2025 diyakini makin kuat.
Kenaikan permintaan mendorong perusahaan untuk menambah tenaga kerja serta meningkatkan stok bahan baku dan barang jadi guna mengantisipasi lonjakan penjualan.
Sementara itu, di tingkat global, beberapa mitra dagang utama Indonesia seperti India (58,0); AS (50,1); dan Tiongkok (50,1) juga menunjukkan ekspansi manufaktur. Namun, sebagian besar negara ASEAN masih mengalami kontraksi, seperti Thailand (49,6); Vietnam (48,9); dan Malaysia (48,7).
“Pemerintah berkomitmen menjaga kinerja sektor riil serta mendukung kebijakan yang pro terhadap pertumbuhan industri,” ujar Febrio.
Dalam kesempatan terpisah, Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif menyatakan naiknya PMI Manufaktur akan sejalan dengan pertumbuhan positif perekonomian nasional.
Ia mengatakan, geliat industri manufaktur ditandai dengan meningkatnya pembelian bahan baku untuk dapat memenuhi lonjakan permintaan pasar pada bulan-bulan berikutnya. Saat ini produktivitas sektor manufaktur terlihat kuat, yang diharapkan dapat memasok kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Dari laporan S&P Global yang merilis nilai PMI, dengan tingginya aktivitas produksi ini, sejumlah perusahaan memutuskan untuk melakukan perekrutan pada bulan Januari, serta melakukan penambahan jumlah tenaga kerja selama dua bulan ke depan.
“Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong penciptaan lapangan kerja baru atau job creation,” kata Febri.